Hari
ini aku mengalami berita duka yang sangat mendalam. Kepergian untuk selamanya
terjadi kepada ayahku saat ini. Ayahku adalah seorang raja yang sangat terkenal
ketika ia memimpin kerajaannya pada saat masa jabatannya itu. Ia dikenal dengan
raja yang bijaksana dengan kharismanya yang sangat berwibawa. Semua rakyatnya
merasa sangat kehilangan sosok rajanya itu.
Pada
saat upacara pemakaman ayah, banyak sekali yang mendatanginya hingga menjadi
sangat runyam dan diterpa terik matahari yang berada di atas kepala. Semua
orang yang berdatangan bersedih kehilangannya. Seolah tak ada lagi yang
menggantikan ayahku menjadi raja. Bagi mereka yang sedang bersedih bahwa
sosoknya sangatlah murah hati, walaupun ia adalah seorang raja. Tetapi ia bisa
menjadi rakyat biasa ketika ia berkeliling di tengah rakyatnya. Sosok
bijaksananya tak pernah terlupakan dalam ingatan rakyatnya.
Setelah
selesai berkabung dalam pemakaman ayah, para bawahan raja, mahapatih, mantri,
patih, senopati, hingga para tentaranya merundingkan kekosongan bangku
kekuasaan yang sangat besar itu. Mereka sesekali menatap padaku yang tak tau
apa apa tentang kekuasaan. Seolah aku akan menggantikan tahta ayahku yang akan
menjadi pengganti raja kelak kemudian. Aku hanya seorang putra raja yang
berusia 18 tahun saat ini. Kemungkinan aku dapat menggantikan ayahku menjadi
raja. Hingga para bawahan ayahku selesai berunding dengan wajah yang serius.
Mereka lansung berpaling ke hadapanku hingga berkata padaku, “ kau akan
menggantikan ayahmu, kaulah satu satunya putra yang dimiliki ayahmu. Esok
bersiaplah kami akan mempersiapkan waktu untuk penobatanmu sebagai raja baru.”
Mereka mengatakannya dengan serius. Aku terkejut hingga tak bisa berkata
apa-apa karena menduduki posisi raja itu adalah hal yang paling berat dalam
hidup. Posisi itu menunjukkan bahwa aku harus siap untuk kerajaan yang akan aku
pimpin nanti dan rakyat yang harus kusejahterakan dengan damai dan tenang dalam
kehidupannya.
Tiba
dirumah aku masih memikirkan hal itu, hingga aku tak dapat tidur untuk
mengistirahatkan badanku sejenak. Karena esok adalah hari penobatanku, kamarku
dijaga ketat oleh penjaga yang membawa pedang besar dan tameng untuk
melindungiku dari segala ancaman yang ada. Hingga ada pelayan yang selalu
menemaniku untuk memberikan segala tenaganya melayaniku saat ini. Suasana saat
itu sangatlah terjaga tak ada seorangpun memasuki kamarku kecuali pelayan,
serta orang-orang yang mempunyai kedudukan di kerajaan.
Aku
masih saja tak bisa tenang karena memikirkan hari esok. Pikiranku menjadi
semrawut. Hingga tak sadarkan diri aku sejenak memejamkan mata dan tertidur.
Tanpa disengaja aku bermimpi seolah besok aku sudah ada di depan singgasana
dengan pelayan yang melayaniku untuk menjadi raja. Dalam mimpi itu aku mengikuti
pelayanku untuk mengambil jubah yang indah diselimuti permata dan berlian di
setiap ujung lengan jubahnya dan peralatan untuk penobatannya besok hari. Aku
mengikuti pelayan itu hingga memasuki jalan kecil yang bau dan kotor. Banyak
anak kecil yang kurus, badannya kering kerontang, wajahnya sangat kusam seperti
tempat itu. Aku melihat seorang suami istri sedang menenun jubah yang indah,
aku terpesona melihat jubah itu. Suami dan istrinya itu memandangiku dengan
aneh dan berkata, “siapa kau? Apakah kau orang dalam kerajaan yang mewah itu?,”
pasangan itu berkata.
“Untuk
siapa jubah itu.” Aku bertanya kepada pasangan suami istri itu yang sedang
menenun jubah yang sangat indah itu.
“Oh
jubah ini untuk tuan kami,” mereka menjawab pertanyaanku. “Ya tuan kami, ia
serupa seperti kami, tidak ada beda dari bentuknya. Namun yang dapat membedakan
adalah ketika tuan kami memakai baju yang sangat bagus, kami hanyalah memakai
baju bekas yang penuh tambalan untuk menutupi lubang di baju kami, saat tuan
kami bersenang-senang, kami bersusah payah untuk mencari sebutir nasi yang akan
kami makan, sedangkan ia sedang kekenyangan dengan hidangan makanan mewah di
sana.”
Sang
raja kaget dengan pernyataan pasangan suami istri itu. “ kau hidup bukan di
zaman para manusia keji datang untuk menjajah tempat ini, dan ini juga bukanlah
peperangan saat kau tertangkap oleh serdadu musuh dan kau di jadikan budak.”
“
Ya memang bukanlah zaman seperti itu, tapi di saat seperti ini mungkin kau
harus tau, bahwa tak ada perang, tak ada penjajahan. Bahkan saat ini adalah
dimana setiap orang miskin harus mematuhi orang yang kaya. Dan tanpa sadar
orang kaya menjadikan orang miskin sebagai budak, dengan nama penggantinya
yaitu pekerja.” Ucap pasangan itu dengan menundukkan wajahnya.
“Aku
tidak menyangka hal ini.” Ucap sang raja dengan heran
“Kau
memang tak pernah menyangkanya, bahwa ini adalah kenyataan. Dan inilah adanya
tentang si kaya dan si miskin.” Ucap pasangan suami istri itu
Aku
tak menghiraukan ucapan mereka itu, bahwa hanya ada sedikit rasa simpati
terhadapat mereka. Lalu aku menghampiri pelayanku yang menyinggahi tempat ukir
kayu, di tempat itu aku melihat beberapa manusia sedang bekerja mengukir kayu
dengan wajah pucat dan tubuh yang kurus. Aku kaget ketika melihat ada kakek tua
yang masih bekerja sebagai pengukir kayu itu yang terlihat sudah tak seharusnya
bekerja.
“
Kau masih bekerja sebagai pengukir kayu di usia seperti ini?” ucapku dengan
heran melihatnya. “iya aku masih mengukir kayu disini, bahkan kali ini aku
mengukir tongkat indah untuk tuan kami.” Ucap kakek itu menjawab pertanyaanku
“memangnya
seperti apa tuanmu? Sehingga kau masih harus bekerja sebagai pengukir kayu.”
Ucapku.
“Tuanku
sama sepertiku, hanya saja ia keturunan bangsawan. Aku mengukirnya untuk
kebahagiaannya. Bahkan untuk mendapatkan kayu ini aku sampai kehilangan salah
satu keluargaku, yaitu cucuku. Karena disaat aku mencari kayu bersama cucuku,
binatang buas tiba-tiba datang dengan wajah kelaparannya, aku diam terpaku dan
menyuruh cucuku untuk segera pergi dari sini. Hingga kami berdua lari dengan
terengah-engah karena kejaran hewan buas yang menggila karena kelaparan itu.
Tapi aku tak sadar bahwa seketika cucuku jatuh terpental jauh, hingga binatang
buas itu datang menghampiri dan mencabik-cabik badan cucuku. Aku hanya diam
seperti patung melihat kondisi cucuku yang hancur lebur di makan binatang buas.
Aku pulang dengan membawa tubuh cucuku yang berantakan dan kayu untuk dijadikan
sebuah tongkat.” Ucap kakek itu dengan menahan tangis.
“Aku
turut sedih mendengar kisahmu itu, memangnya siapa tuanmu?” ucapku sembari
bertanya padanya.
“Tuanku
adalah raja yang esok akan dinobatkan sebagai raja baru, dan ini tongkat yang
indah untuknya.”
Aku
tersentak bangun dari mimpiku dan napasku terengah-engah karena mimpi itu.
Perasaanku resah karena mimpiku tadi, aku mencoba kembali tidur lagi untuk
menenangkan diri. Aku bermimpi lagi di dalam tidurku. Saat itu aku sedang
berada di lubang tambang besar dan di penuhi para penambang. Tambang itu adalah
tambang emas yang berada di kaki pegunungan yang luas. Aku berjalan dan melihat
pekerja yang sedang kelelahan. Pekerja yang kelelahan itu berisitrahat sejenak
di bawah pohon rindang. Aku menghampirinya dan berkata. “Apakah kau seorang
penambang disini juga?” tanyaku. “iya aku pekerja di tambang ini, tambang ini
sangat mengerikan, tambang ini sudah memakan banyak korban karena alam tidak
pernah main-main saat diganggu oleh manusia yang serakah.” Ucap pekerja itu.
“Apa
yang kau maksud mengerikan?” ucapku dengan heran.
“ya
ini sangat mengerikan jika kau tau, semenjak ada tambang ini sering sekali
terjadi bencana, di dalam tambang maupun di luar tambang ini. Saat tambang ini
beroperasi keesokan harinya turun hujan deras yang tiada henti hentinya, hingga
saat puncaknya hujan menjadi badai, tanah menjadi longsor mennghancurkan
pemukiman warga yang ada di sekitarnya, bahkan hampir satu desa terkena tanah
longsor itu. Dan desa itu adalah desaku, saat terjadi longsor aku masih bekerja
di tambang ini dan aku tak tau apa yang terjadi di desaku. Hingga aku kembali
desa sudah hancur tertimpa runtuhan tanah yang dekat dari tambang emas ini.
Tanah itu menimpa rumahku yang di dalamnya ada istri dan anakku yang masih
berumur 3 tahun. Aku sangat bersedih karna tak dapat melihat mereka lagi.
Bahkan aku ingin bunuh diri karena tambang ini.” Ucap sang pekerja itu dengan
kesedihan yang ia alami.
“aku
turut bersedih karena kau telah kehilangan keluargamu, memangnya adanya tambang
emas ini untuk apa?” aku bertanya kepada pekerja itu. “ tambang emas ini untuk
kebutuhan bangsawan dan tuan kami.” Ucap pemuda itu. Aku menjadi heran untuk
apa mereka lakukan ini hanya untuk bangsawan dan tuannya itu. Sehingga aku
semaki sangat ingin mengetahuinya.
“yang
kau sebut tuan kami itu siapa?” ucapku dengan rasa ingin tahu. “tuanku adalah
raja baru yang akan di nobatkan besok hari.” Ucap pekerja itu.
Aku
terbangun lagi dan nafasku terengah-engah karena mimpi itu, jantungku berdebar
sangat kencang. Dan tak sadar bahwa hari sudah menjadi pagi. Waktu penobatanku
hari ini. Aku masih mengingat mimpi itu. Aku ragu dengan penobatan itu karena
mimpi yang aku alami selama aku tidur. Saat pelayan datang membawakan peralatan
untuk penobatanku, aku menolaknya untuk memakainya. Pelayan itu bingung,
“mengapa kau tak mau memakainya? Ini adalah hari penobatanmu,” ucap pelayan
itu. “aku tak ingin memakainya karena itu adalah hasil jerih payah rakyaku
hingga kehilangan sanak keluarganya dan rakyatku sangat menderita karena
itu.” Sang pelayan kebingungan hingga
dia memberitahu mantri yang berada di kerajaan.
Mantri
kerajaan datang menghampirinya dengan wajah heran ia memandangi raja baru
dengan pakaian lusuh dan kotor untuk melakukan penobatannya. “ kau ini aneh
sekali, ini adalah penobatanmu, mengapa kau berpakaian seperti itu.” Ucap
mantri itu. “aku tak ingin merasakan penderitaan rakyatku nantinya, biarkanlah
aku seperti ini untuk rakyatku.” Ucapku dengan tegas. Mantri itu semakin
gelisah dan memanggil para bawahan lainnya hingga pendeta datang menuju
kamarnya itu. “hei kau adalah raja, tunjukkanlah sikapmu sebagai raja bukan
sebagai rakyat miskin.” Ucap mereka yang kesal melihatnya. Hingga mereka
menamparku dengan kencang hingga aku jatuh ke lantai yang dipenuhi cahaya dari
jendela. Aku terdiam dan tak sadar ada sesuatu yang aneh di dalam tubuhku, aku
telah memakai jubah indah, jubah ini bukan seperti yang aku lihat dalam mimpi
itu. Mantri dan para bawahan raja itu tercekat melihat raja gagah dan berwibawa
yang diselimuti oleh cahaya terang dan setelah itu raja berjalan pelan melewati
cahaya itu. Hingga para manusia yang ada disana menunduk dan kagum karena
kegagahan raja itu.
0 comments:
Post a Comment