Pages

Saturday, 11 April 2020

Mimpi Sang Raja Baru



Hari ini aku mengalami berita duka yang sangat mendalam. Kepergian untuk selamanya terjadi kepada ayahku saat ini. Ayahku adalah seorang raja yang sangat terkenal ketika ia memimpin kerajaannya pada saat masa jabatannya itu. Ia dikenal dengan raja yang bijaksana dengan kharismanya yang sangat berwibawa. Semua rakyatnya merasa sangat kehilangan sosok rajanya itu.
Pada saat upacara pemakaman ayah, banyak sekali yang mendatanginya hingga menjadi sangat runyam dan diterpa terik matahari yang berada di atas kepala. Semua orang yang berdatangan bersedih kehilangannya. Seolah tak ada lagi yang menggantikan ayahku menjadi raja. Bagi mereka yang sedang bersedih bahwa sosoknya sangatlah murah hati, walaupun ia adalah seorang raja. Tetapi ia bisa menjadi rakyat biasa ketika ia berkeliling di tengah rakyatnya. Sosok bijaksananya tak pernah terlupakan dalam ingatan rakyatnya.

Setelah selesai berkabung dalam pemakaman ayah, para bawahan raja, mahapatih, mantri, patih, senopati, hingga para tentaranya merundingkan kekosongan bangku kekuasaan yang sangat besar itu. Mereka sesekali menatap padaku yang tak tau apa apa tentang kekuasaan. Seolah aku akan menggantikan tahta ayahku yang akan menjadi pengganti raja kelak kemudian. Aku hanya seorang putra raja yang berusia 18 tahun saat ini. Kemungkinan aku dapat menggantikan ayahku menjadi raja. Hingga para bawahan ayahku selesai berunding dengan wajah yang serius. Mereka lansung berpaling ke hadapanku hingga berkata padaku, “ kau akan menggantikan ayahmu, kaulah satu satunya putra yang dimiliki ayahmu. Esok bersiaplah kami akan mempersiapkan waktu untuk penobatanmu sebagai raja baru.” Mereka mengatakannya dengan serius. Aku terkejut hingga tak bisa berkata apa-apa karena menduduki posisi raja itu adalah hal yang paling berat dalam hidup. Posisi itu menunjukkan bahwa aku harus siap untuk kerajaan yang akan aku pimpin nanti dan rakyat yang harus kusejahterakan dengan damai dan tenang dalam kehidupannya.

Tiba dirumah aku masih memikirkan hal itu, hingga aku tak dapat tidur untuk mengistirahatkan badanku sejenak. Karena esok adalah hari penobatanku, kamarku dijaga ketat oleh penjaga yang membawa pedang besar dan tameng untuk melindungiku dari segala ancaman yang ada. Hingga ada pelayan yang selalu menemaniku untuk memberikan segala tenaganya melayaniku saat ini. Suasana saat itu sangatlah terjaga tak ada seorangpun memasuki kamarku kecuali pelayan, serta orang-orang yang mempunyai kedudukan di kerajaan.

Aku masih saja tak bisa tenang karena memikirkan hari esok. Pikiranku menjadi semrawut. Hingga tak sadarkan diri aku sejenak memejamkan mata dan tertidur. Tanpa disengaja aku bermimpi seolah besok aku sudah ada di depan singgasana dengan pelayan yang melayaniku untuk menjadi raja. Dalam mimpi itu aku mengikuti pelayanku untuk mengambil jubah yang indah diselimuti permata dan berlian di setiap ujung lengan jubahnya dan peralatan untuk penobatannya besok hari. Aku mengikuti pelayan itu hingga memasuki jalan kecil yang bau dan kotor. Banyak anak kecil yang kurus, badannya kering kerontang, wajahnya sangat kusam seperti tempat itu. Aku melihat seorang suami istri sedang menenun jubah yang indah, aku terpesona melihat jubah itu. Suami dan istrinya itu memandangiku dengan aneh dan berkata, “siapa kau? Apakah kau orang dalam kerajaan yang mewah itu?,” pasangan itu berkata.
“Untuk siapa jubah itu.” Aku bertanya kepada pasangan suami istri itu yang sedang menenun jubah yang sangat indah itu.
“Oh jubah ini untuk tuan kami,” mereka menjawab pertanyaanku. “Ya tuan kami, ia serupa seperti kami, tidak ada beda dari bentuknya. Namun yang dapat membedakan adalah ketika tuan kami memakai baju yang sangat bagus, kami hanyalah memakai baju bekas yang penuh tambalan untuk menutupi lubang di baju kami, saat tuan kami bersenang-senang, kami bersusah payah untuk mencari sebutir nasi yang akan kami makan, sedangkan ia sedang kekenyangan dengan hidangan makanan mewah di sana.”
Sang raja kaget dengan pernyataan pasangan suami istri itu. “ kau hidup bukan di zaman para manusia keji datang untuk menjajah tempat ini, dan ini juga bukanlah peperangan saat kau tertangkap oleh serdadu musuh dan kau di jadikan budak.”
“ Ya memang bukanlah zaman seperti itu, tapi di saat seperti ini mungkin kau harus tau, bahwa tak ada perang, tak ada penjajahan. Bahkan saat ini adalah dimana setiap orang miskin harus mematuhi orang yang kaya. Dan tanpa sadar orang kaya menjadikan orang miskin sebagai budak, dengan nama penggantinya yaitu pekerja.” Ucap pasangan itu dengan menundukkan wajahnya.
“Aku tidak menyangka hal ini.” Ucap sang raja dengan heran
“Kau memang tak pernah menyangkanya, bahwa ini adalah kenyataan. Dan inilah adanya tentang si kaya dan si miskin.” Ucap pasangan suami istri itu

Aku tak menghiraukan ucapan mereka itu, bahwa hanya ada sedikit rasa simpati terhadapat mereka. Lalu aku menghampiri pelayanku yang menyinggahi tempat ukir kayu, di tempat itu aku melihat beberapa manusia sedang bekerja mengukir kayu dengan wajah pucat dan tubuh yang kurus. Aku kaget ketika melihat ada kakek tua yang masih bekerja sebagai pengukir kayu itu yang terlihat sudah tak seharusnya bekerja.
“ Kau masih bekerja sebagai pengukir kayu di usia seperti ini?” ucapku dengan heran melihatnya. “iya aku masih mengukir kayu disini, bahkan kali ini aku mengukir tongkat indah untuk tuan kami.” Ucap kakek itu menjawab pertanyaanku
“memangnya seperti apa tuanmu? Sehingga kau masih harus bekerja sebagai pengukir kayu.” Ucapku.
“Tuanku sama sepertiku, hanya saja ia keturunan bangsawan. Aku mengukirnya untuk kebahagiaannya. Bahkan untuk mendapatkan kayu ini aku sampai kehilangan salah satu keluargaku, yaitu cucuku. Karena disaat aku mencari kayu bersama cucuku, binatang buas tiba-tiba datang dengan wajah kelaparannya, aku diam terpaku dan menyuruh cucuku untuk segera pergi dari sini. Hingga kami berdua lari dengan terengah-engah karena kejaran hewan buas yang menggila karena kelaparan itu. Tapi aku tak sadar bahwa seketika cucuku jatuh terpental jauh, hingga binatang buas itu datang menghampiri dan mencabik-cabik badan cucuku. Aku hanya diam seperti patung melihat kondisi cucuku yang hancur lebur di makan binatang buas. Aku pulang dengan membawa tubuh cucuku yang berantakan dan kayu untuk dijadikan sebuah tongkat.” Ucap kakek itu dengan menahan tangis.
“Aku turut sedih mendengar kisahmu itu, memangnya siapa tuanmu?” ucapku sembari bertanya padanya.
“Tuanku adalah raja yang esok akan dinobatkan sebagai raja baru, dan ini tongkat yang indah untuknya.”
Aku tersentak bangun dari mimpiku dan napasku terengah-engah karena mimpi itu. Perasaanku resah karena mimpiku tadi, aku mencoba kembali tidur lagi untuk menenangkan diri. Aku bermimpi lagi di dalam tidurku. Saat itu aku sedang berada di lubang tambang besar dan di penuhi para penambang. Tambang itu adalah tambang emas yang berada di kaki pegunungan yang luas. Aku berjalan dan melihat pekerja yang sedang kelelahan. Pekerja yang kelelahan itu berisitrahat sejenak di bawah pohon rindang. Aku menghampirinya dan berkata. “Apakah kau seorang penambang disini juga?” tanyaku. “iya aku pekerja di tambang ini, tambang ini sangat mengerikan, tambang ini sudah memakan banyak korban karena alam tidak pernah main-main saat diganggu oleh manusia yang serakah.” Ucap pekerja itu.
“Apa yang kau maksud mengerikan?” ucapku dengan heran.
“ya ini sangat mengerikan jika kau tau, semenjak ada tambang ini sering sekali terjadi bencana, di dalam tambang maupun di luar tambang ini. Saat tambang ini beroperasi keesokan harinya turun hujan deras yang tiada henti hentinya, hingga saat puncaknya hujan menjadi badai, tanah menjadi longsor mennghancurkan pemukiman warga yang ada di sekitarnya, bahkan hampir satu desa terkena tanah longsor itu. Dan desa itu adalah desaku, saat terjadi longsor aku masih bekerja di tambang ini dan aku tak tau apa yang terjadi di desaku. Hingga aku kembali desa sudah hancur tertimpa runtuhan tanah yang dekat dari tambang emas ini. Tanah itu menimpa rumahku yang di dalamnya ada istri dan anakku yang masih berumur 3 tahun. Aku sangat bersedih karna tak dapat melihat mereka lagi. Bahkan aku ingin bunuh diri karena tambang ini.” Ucap sang pekerja itu dengan kesedihan yang ia alami.
“aku turut bersedih karena kau telah kehilangan keluargamu, memangnya adanya tambang emas ini untuk apa?” aku bertanya kepada pekerja itu. “ tambang emas ini untuk kebutuhan bangsawan dan tuan kami.” Ucap pemuda itu. Aku menjadi heran untuk apa mereka lakukan ini hanya untuk bangsawan dan tuannya itu. Sehingga aku semaki sangat ingin mengetahuinya.
“yang kau sebut tuan kami itu siapa?” ucapku dengan rasa ingin tahu. “tuanku adalah raja baru yang akan di nobatkan besok hari.” Ucap pekerja itu.
Aku terbangun lagi dan nafasku terengah-engah karena mimpi itu, jantungku berdebar sangat kencang. Dan tak sadar bahwa hari sudah menjadi pagi. Waktu penobatanku hari ini. Aku masih mengingat mimpi itu. Aku ragu dengan penobatan itu karena mimpi yang aku alami selama aku tidur. Saat pelayan datang membawakan peralatan untuk penobatanku, aku menolaknya untuk memakainya. Pelayan itu bingung, “mengapa kau tak mau memakainya? Ini adalah hari penobatanmu,” ucap pelayan itu. “aku tak ingin memakainya karena itu adalah hasil jerih payah rakyaku hingga kehilangan sanak keluarganya dan rakyatku sangat menderita karena itu.”  Sang pelayan kebingungan hingga dia memberitahu mantri yang berada di kerajaan.

Mantri kerajaan datang menghampirinya dengan wajah heran ia memandangi raja baru dengan pakaian lusuh dan kotor untuk melakukan penobatannya. “ kau ini aneh sekali, ini adalah penobatanmu, mengapa kau berpakaian seperti itu.” Ucap mantri itu. “aku tak ingin merasakan penderitaan rakyatku nantinya, biarkanlah aku seperti ini untuk rakyatku.” Ucapku dengan tegas. Mantri itu semakin gelisah dan memanggil para bawahan lainnya hingga pendeta datang menuju kamarnya itu. “hei kau adalah raja, tunjukkanlah sikapmu sebagai raja bukan sebagai rakyat miskin.” Ucap mereka yang kesal melihatnya. Hingga mereka menamparku dengan kencang hingga aku jatuh ke lantai yang dipenuhi cahaya dari jendela. Aku terdiam dan tak sadar ada sesuatu yang aneh di dalam tubuhku, aku telah memakai jubah indah, jubah ini bukan seperti yang aku lihat dalam mimpi itu. Mantri dan para bawahan raja itu tercekat melihat raja gagah dan berwibawa yang diselimuti oleh cahaya terang dan setelah itu raja berjalan pelan melewati cahaya itu. Hingga para manusia yang ada disana menunduk dan kagum karena kegagahan raja itu.


0 comments:

Post a Comment