Pages

Friday, 27 March 2020

Raksasa dan Anak-anak



Setiap sore hari, saat anak-anak bergegas pulang dari sekolahnya. Sebelum mereka sampai di rumah, mereka singgah di suatu taman besar yang berdekatan dengan sekolah mereka itu.

Taman besar itu seperti surga yang ada di dunia. Pohon-pohon yang rindang menghiasi di tiap sudut-sudut taman, air mancur yang gemericik menemani ikan-ikan yang sedang berenang di dalam kolam besar penuh batu karang hiasan di dalamnya, rumput hijau mengelilingi halamannya seperti di kahyangan yang indah, dan juga banyak pohon apel yang berbuah saat waktunya. Di musim panas pohon apel mulai berbuah, warna buahnya sangatlah indah berwarna merah seperti bibir yang di hiasi gincu merah. Di musim panas pula ikan-ikan mulai mempunyai anaknya. Tupai pun senang bermain di taman itu dengan berlari-lari di ranting pohon yang sangat kuat dan kekar itu, hingga anak-anak mengikutinya berlari mengelilingi taman yang luas itu. “Aku suka mengikuti tupai-tupai berlari di ranting pohon itu” sahut salah satu dari mereka. Hingga mereka mengikuti tupai itu menuju tempat yang tak pernah dilihat oleh mereka selama bermain di sana. Tempat itu sangat suram hingga tak ada manusia yang berani datang kesana, dan juga banyak yang mengatakan bahwa tempat itu di huni raksasa yang menakutkan. Raksasa itu tertidur dan tak ada yang berani membangunkannya

Mereka pun linglung karna tak tau tempat itu, hingga salah satu dari mereka berteriak melihat kaki raksasa yang sangat besar dan berbulu. Teriakan itu membuat raksasa terbangun dan membuatnya murka karena terganggu. “Mengapa kalian bermain di sini?” dengan nada tinggi yang membuat anak anak ketakutan dan berlari menjauhinya. “Ini Tempatku, bukan untuk tempat bermain” kata raksasa itu.

Anak-anak itu mulai tau bahwa di taman yang luas itu terdapat tempat yang menyeramkan, hingga rasa ingin tau mereka semakin tinggi apa yang di balik tempat menyeramkan itu.

Musim panas telah terlewatkan, hingga datanglah pergantian antara musim panas dan musim penghujan yang biasa disebut dengan musim pancaroba. Burung-burung mulai mencari tempat teduh, seakan tahu akan ada hujan lebat disertai angin yang kencang akan datang suatu hari nanti. Namun di tempat raksasa itu masih saja gelap dan tak ada cahaya satupun yang bisa memasuki tempat itu. Burung-burung tak berani memasukinya. Pohon yang ada di dalamnya hanya pohon beringin yang tak berbuah hingga ranting pohon itu menjulur jatuh ke tanah. Anak-anak sesekali melihat tempat itu. “Cahaya pun tak berani memasuki wilayah itu” kata salah satu dari mereka.
Hingga tiba saat musim penghujan, namun seolah tempat raksasa itu di kerumuni petir-petir yang berkilau dan menimbulkan suara dentuman yang besar, seakan-akan langit sedang marah. Hujan dan angin bersatu padu mengelilingi tempat itu membuat badai yang sangat besar dan mengerikan hingga salah satu pohon di dalamnya tumbang terbengkalai di halaman tempat raksasa itu. “ lihatlah aku bisa menumbangkan pohon itu” kata angin, mari “Mengapa kita tidak mengajak petir, ini pasti sangat menyenangkan”. Petir pun datang menghampiri tempat itu, membuat dentuman besar mengarah ke pohon, hingga salah satu pohon itu terbakar dan menjalar ke rumput sekitarnya.

“Aku tak tau apa yang telah terjadi, badai besar hanya datang di tempatku saja” kata raksasa itu, “Semoga cuaca cepat membaik”

Tapi tidak seperti yang diharapkan oleh raksasa itu. Badai besar terus menerus datang menghampirinya walaupun sudah hampir tiba musim panas. “Raksasa itu tak pernah berbagi dengan sekelilingnya” kata pohon-pohon di sekitar taman itu.

Suatu hari raksasa itu termenung dan mendengarkan suara yang datang entah dari mana asalnya. Suara itu indah sekali terdengar di telinganya. Ia mengikuti suara itu hingga melihat tempat yang tak pernah dilihatnya. Tempat itu adalah taman besar indah yang mengelilingi tempat raksasa itu. Banyak anak-anak bermain riang dengan pohon-pohon dan burung-burung senang berkicau, tupai berlarian di ranting-ranting pohon. Buah apel mulai bertumbuh di pohonnya.

Anak-anak itu menghampiri raksasa itu, walau tubuh raksasa itu mengerikan. “Kemarilah, aku tau kau terpesona dengan taman ini, maka ikutlah bermain bersama kami”. Kata salah satu anak itu. Raksasa pun terkejut, hingga dia bergumam di dalam hati “Selama ini aku tak pernah melihat dunia luar yang indah, hingga aku tak pernah mau berbagi dengan sekelilingku”. “Sekarang aku tau mengapa badai besar selalu datang di tempatku itu, karena aku tak pernah mau berbagi dengan sekelilingku. Aku sangatlah egois!”

Maka raksasa pun mengikuti mereka, hingga raksasa itu mengajak mereka ke tempatnya. Sesampainya di tempat raksasa itu, sinar mentari mulai berdatangan satu persatu menyinari tempat raksasa itu. Ranting pohon beringin yang menjulur ke tanah mulai hilang dan menjadi pohon yang indah, rumput-rumput menghijau kembali, burung-burung mulai datang dan bernyanyi di tempat itu, para tupai mulai datang dan bermain di pohon-pohon. Raksasa itu mulai membuat tempat bermain untuk anak-anak.

Setiap hari tempat itu sudah tak pernah sepi, selalu di kerumuni oleh anak-anak setelah pulang sekolah. Bermain di halaman yang sudah di buat raksasa itu.

Namun waktu terus berputar tanpa terasa berlalu sangat cepat. Hingga raksasa itu mulai menua dan hanya bisa melihat anak-anak bermain di halamanya. Raksasa itu termenung “Tempatku kini menjadi sangat indah, namun yang membuat indah adalah anak-anak itu”.

Musim penghujan datang lagi, namun sudah tak seperti dulu. Kini tempatnya tidak lagi di landa badai besar yang sangat mengerikan. Namun saat musim panas tiba, raksasa itu kagum karna melihat bunga bermekaran dan buah-buah jatuh dari pohonnya.

Seketika raksasa itu mendengar suara rintihan kesakitan, ia berlari menghampirinya. Ternyata suara rintihan itu datang dari anak kecil yang sedang terluka. “Siapa yang telah membuatmu menjadi seperti ini? Biar aku yang akan menemuinya” kata raksasa itu “Tidak usah, kau sudah sangat baik hingga hari ini, biarlah aku akan mengajakmu ke tempatku. Tempat yang sangat indah dari dunia yaitu surga, dimana tak ada badai besar yang akan menghampirimu.”

Ketika esoknya anak-anak ingin bermain ke tempat raksasa itu, mereka terkejut melihat ia tersungkur jatuh ke tanah di selimuti rumput dan bunga yang bermekaran di tubuhnya. Raksasa itu sudah tak bernapas lagi dan tubuhnya dingin. Seluruh tubuhnya dihiasi bunga dan burung-burung berkicau sedih di sekelilingnya.

0 comments:

Post a Comment