Setiap sore hari, saat anak-anak bergegas pulang dari sekolahnya. Sebelum mereka sampai di rumah, mereka singgah di suatu taman besar yang berdekatan dengan sekolah mereka itu.
Taman
besar itu seperti surga yang ada di dunia. Pohon-pohon yang rindang menghiasi
di tiap sudut-sudut taman, air mancur yang gemericik menemani ikan-ikan yang
sedang berenang di dalam kolam besar penuh batu karang hiasan di dalamnya,
rumput hijau mengelilingi halamannya seperti di kahyangan yang indah, dan juga
banyak pohon apel yang berbuah saat waktunya. Di musim panas pohon apel mulai
berbuah, warna buahnya sangatlah indah berwarna merah seperti bibir yang di
hiasi gincu merah. Di musim panas pula ikan-ikan mulai mempunyai anaknya. Tupai
pun senang bermain di taman itu dengan berlari-lari di ranting pohon yang
sangat kuat dan kekar itu, hingga anak-anak mengikutinya berlari mengelilingi
taman yang luas itu. “Aku suka mengikuti tupai-tupai berlari di ranting pohon
itu” sahut salah satu dari mereka. Hingga mereka mengikuti tupai itu menuju
tempat yang tak pernah dilihat oleh mereka selama bermain di sana. Tempat itu
sangat suram hingga tak ada manusia yang berani datang kesana, dan juga banyak
yang mengatakan bahwa tempat itu di huni raksasa yang menakutkan. Raksasa itu
tertidur dan tak ada yang berani membangunkannya
Mereka
pun linglung karna tak tau tempat itu, hingga salah satu dari mereka berteriak
melihat kaki raksasa yang sangat besar dan berbulu. Teriakan itu membuat
raksasa terbangun dan membuatnya murka karena terganggu. “Mengapa kalian
bermain di sini?” dengan nada tinggi yang membuat anak anak ketakutan dan
berlari menjauhinya. “Ini Tempatku, bukan untuk tempat bermain” kata raksasa
itu.
Anak-anak
itu mulai tau bahwa di taman yang luas itu terdapat tempat yang menyeramkan,
hingga rasa ingin tau mereka semakin tinggi apa yang di balik tempat
menyeramkan itu.
Musim
panas telah terlewatkan, hingga datanglah pergantian antara musim panas dan musim
penghujan yang biasa disebut dengan musim pancaroba. Burung-burung mulai
mencari tempat teduh, seakan tahu akan ada hujan lebat disertai angin yang kencang
akan datang suatu hari nanti. Namun di tempat raksasa itu masih saja gelap dan
tak ada cahaya satupun yang bisa memasuki tempat itu. Burung-burung tak berani
memasukinya. Pohon yang ada di dalamnya hanya pohon beringin yang tak berbuah
hingga ranting pohon itu menjulur jatuh ke tanah. Anak-anak sesekali melihat
tempat itu. “Cahaya pun tak berani memasuki wilayah itu” kata salah satu dari
mereka.
Hingga
tiba saat musim penghujan, namun seolah tempat raksasa itu di kerumuni petir-petir
yang berkilau dan menimbulkan suara dentuman yang besar, seakan-akan langit
sedang marah. Hujan dan angin bersatu padu mengelilingi tempat itu membuat
badai yang sangat besar dan mengerikan hingga salah satu pohon di dalamnya tumbang
terbengkalai di halaman tempat raksasa itu. “ lihatlah aku bisa menumbangkan
pohon itu” kata angin, mari “Mengapa kita tidak mengajak petir, ini pasti sangat
menyenangkan”. Petir pun datang menghampiri tempat itu, membuat dentuman besar
mengarah ke pohon, hingga salah satu pohon itu terbakar dan menjalar ke rumput sekitarnya.
“Aku
tak tau apa yang telah terjadi, badai besar hanya datang di tempatku saja” kata
raksasa itu, “Semoga cuaca cepat membaik”
Tapi
tidak seperti yang diharapkan oleh raksasa itu. Badai besar terus menerus
datang menghampirinya walaupun sudah hampir tiba musim panas. “Raksasa itu tak
pernah berbagi dengan sekelilingnya” kata pohon-pohon di sekitar taman itu.
Suatu
hari raksasa itu termenung dan mendengarkan suara yang datang entah dari mana
asalnya. Suara itu indah sekali terdengar di telinganya. Ia mengikuti suara itu
hingga melihat tempat yang tak pernah dilihatnya. Tempat itu adalah taman besar
indah yang mengelilingi tempat raksasa itu. Banyak anak-anak bermain riang
dengan pohon-pohon dan burung-burung senang berkicau, tupai berlarian di
ranting-ranting pohon. Buah apel mulai bertumbuh di pohonnya.
Anak-anak
itu menghampiri raksasa itu, walau tubuh raksasa itu mengerikan. “Kemarilah,
aku tau kau terpesona dengan taman ini, maka ikutlah bermain bersama kami”. Kata
salah satu anak itu. Raksasa pun terkejut, hingga dia bergumam di dalam hati “Selama
ini aku tak pernah melihat dunia luar yang indah, hingga aku tak pernah mau
berbagi dengan sekelilingku”. “Sekarang aku tau mengapa badai besar selalu
datang di tempatku itu, karena aku tak pernah mau berbagi dengan sekelilingku. Aku
sangatlah egois!”
Maka
raksasa pun mengikuti mereka, hingga raksasa itu mengajak mereka ke tempatnya. Sesampainya
di tempat raksasa itu, sinar mentari mulai berdatangan satu persatu menyinari
tempat raksasa itu. Ranting pohon beringin yang menjulur ke tanah mulai hilang
dan menjadi pohon yang indah, rumput-rumput menghijau kembali, burung-burung
mulai datang dan bernyanyi di tempat itu, para tupai mulai datang dan bermain
di pohon-pohon. Raksasa itu mulai membuat tempat bermain untuk anak-anak.
Setiap
hari tempat itu sudah tak pernah sepi, selalu di kerumuni oleh anak-anak
setelah pulang sekolah. Bermain di halaman yang sudah di buat raksasa itu.
Namun
waktu terus berputar tanpa terasa berlalu sangat cepat. Hingga raksasa itu mulai
menua dan hanya bisa melihat anak-anak bermain di halamanya. Raksasa itu
termenung “Tempatku kini menjadi sangat indah, namun yang membuat indah adalah
anak-anak itu”.
Musim
penghujan datang lagi, namun sudah tak seperti dulu. Kini tempatnya tidak lagi
di landa badai besar yang sangat mengerikan. Namun saat musim panas tiba,
raksasa itu kagum karna melihat bunga bermekaran dan buah-buah jatuh dari
pohonnya.
Seketika
raksasa itu mendengar suara rintihan kesakitan, ia berlari menghampirinya. Ternyata
suara rintihan itu datang dari anak kecil yang sedang terluka. “Siapa yang
telah membuatmu menjadi seperti ini? Biar aku yang akan menemuinya” kata
raksasa itu “Tidak usah, kau sudah sangat baik hingga hari ini, biarlah aku
akan mengajakmu ke tempatku. Tempat yang sangat indah dari dunia yaitu surga,
dimana tak ada badai besar yang akan menghampirimu.”
Ketika
esoknya anak-anak ingin bermain ke tempat raksasa itu, mereka terkejut melihat
ia tersungkur jatuh ke tanah di selimuti rumput dan bunga yang bermekaran di
tubuhnya. Raksasa itu sudah tak bernapas lagi dan tubuhnya dingin. Seluruh tubuhnya
dihiasi bunga dan burung-burung berkicau sedih di sekelilingnya.
0 comments:
Post a Comment