Kurcaci kecil yang suka berjalan-jalan mengelilingi kebun bunga yang sedang bermekaran di penghujung musim semi. Saat siang hari kurcaci sedang berjalan mengelilingi kebun itu, tanpa sadar kurcaci kecil itu memandangi putri yang sedang termenung di tengah savana luas. Wajahnya sangat menawan, pipi yang merah seolah di penuhi kelopak bunga-bunga mawar yang berterbangan di udara, matanya berkilau diterka cahaya matahari.
Kurcaci
itu datang menemui sang putri yang sedang sendiri di tengah kebun mawar yang
indah itu. Putri termenung di dalam
kegelisahan hidup yang tak pernah tau kapan akan berakhir. kurcaci mencoba
mengajak sang putri berbicara, tetapi sang putri tetapi berpaling muka darinya.
Sehingga kurcaci spontan mengucapkan “Suatu saat aku akan berbagi cinta
denganmu, entah itu kapan datangnya” kurcaci itu berkata. Terkejut sang putri
mendengar ucapan itu hingga membuatnya ketakuan karena tak tau siapa yang telah
berbicara. Putri mencari kemana arah suara itu, lalu ia melihat kebawah dan
hanya ada kurcaci. “Apa kau yang telah berbicara kepadaku?” kata sang putri.
Dengan malu kurcaci hingga tak sadar wajahnya telah menjadi merah merona.
“A...aku yang tadi mengucapkannya” kurcaci itu berbicara dengan malu. “Aku
tidak akan mau bercinta denganmu, tubuhmu sangat kecil, dan kau tidak rupawan
seperti makhluk buas yang ada di hutan belantara” Sang putri menghardik kurcaci
itu dengan kejam. “Kalau kau ingin sekali bercinta denganku, kau harus rupawan
seperti pangeran yang ada di kerajaan-kerajaan besar”. Kurcaci itu sangat kecewa dan merasakan sakit
yang tak berujung karena mendengar ucapannya itu.
Setibanya
di rumah yang ada di tengah hutan itu kurcaci melihat kaca yang berkilau yang
memantulkan bayangan dari rupa kurcaci itu sendiri. Kaca itu sangat besar
hingga kurcaci dapat melihat seluruh tubuhnya sendiri, kaca itu adalah cermin
pemberian kentaur yang telah di temuinya di semenanjung Maleia. Ia melihat
rupanya yang sangat buruk dengan tubuh kecil, hidung yang besar, mata yang
besar dan dagu yang di penuhi janggut. Kurcaci terkejut karena ia baru pertama
kalinya melihat rupanya yang sangat buruk itu.
Malam
selalu datang dan ia selalu merintih hingga menimbulkan suasana riuh di tengah
hutan dengan tangisannya. “Kasihan sekali dia, karena melihat rupanya yang
buruk dia sehari penuh merintih tak terima dengan rupa yang buruk itu” kata
burung hantu. “Tidurku sangat terganggu karena tangisan kurcaci itu, aku akan
menghampirinya” kata burung kenari. “Hei kurcaci kenapa kamu selalu bersedih di
tengah malam begini”. “Rupaku sangatlah buruk hingga seorang putri menghinaku dan
mengacuhkanku begitu saja” kata kurcaci. Burung kenari bergumam dalam hati
“Ternyata masih ada yang masih percaya dengan cinta”. “Aku mempunyai cara agar
kau tidak terlihat buruk lagi dan kau akan menjadi rupawan seperti
pangeran-pangeran yang ada di kerajaan” kata burung kenari. “Bagaimana caranya,
cepat beritahu aku!”. “Kau datanglah ke semenanjing Maleia, dan tunggulah salah
satu makhluk mitologi yang ada di sana”.
Keesokan
harinya kurcaci mengikuti saran dari burung kenari tersebut. Ia berjalan jauh menuju
semenanjung Maleia di Lakonia selatan. Perjalanannya sangat jauh berhari-hari
hingga melewati pegunungan es yang sangat dingin.
Ia
tiba di semenanjung maleia itu dan mengikuti saran untuk menunggu makhluk yang
ada disana. Sudah tiga hari tiga malam dia disana dan tidak ada satupun yang
datang bahkan melewati semenanjung itu. “Apa aku hanya di bodohi oleh burung
itu?, sebaiknya aku kembali saja ke rumahku dengan keputusasaanku ini untuk
mendapatkan apa yang aku mau” kata kurcaci itu. Saat ia mulai berkemas
tiba-tiba ada makhluk misterius yang datang entah darimana asalnya. Tubuhnya
setengah manusia setengah kuda. “Hei apa kau yang di maksud dengan makhluk
mitologi di semenanjung ini?”. Makhluk itu hanya diam saja hingga kurcaci itu
menaikan nada bicaranya dengan pertanyaan yang sama. “Apa yang kau mau jauh
jauh datang ke tempat ini?” kata makhluk itu. “Aku hanya ingin meminta
permohonan kepadamu, aku ingin mempunyai rupa seperti pangeran-pangeran di
kerajaan”. “Permintaanmu sangatlah sulit untuk di kabulkan, itu seperti
menghina sang pencipta” kata makhluk mitologi. “Tolonglah aku bermohon
kepadamu, apapun akan aku dapatkan jika kau dapat mengabulkan permintaanku”.
“Aku bisa membuatmu rupawan, tetapi kau harus memenuhi persayaratan ini. Kau
harus mencari bunga mawar hitam tanpa duri yang ada di dunia ini, dan kau harus
memakan satu persatu kelopak bunga mawar itu. Setelah itu kau akan terlihat
rupawan”.
Setelah
bertemu dengan makhluk itu kurcaci mengelilingi dunia mencari bunga mawar hitam
tanpa duri. Hingga dia tiba di kebun yang ada di tengah hutan borneo dan
menemukan bunga mawar itu. Dia senang sumringah menemukan itu, lalu melahap
tanpa ada sisa kelopak bunga mawar hitam. Ia melihat ke arah air dan rupa
buruknya sudah hilang. Kurcaci itu sangat rupawan.
Keesokan
harinya ia pulang dan lansung menuju kebun yang pernah di singgahi sang putri
waktu itu. Dengan waktu yang tepat saat sang putri sedang terduduk diam di
tengah kebun itu. Ia menghampirinya tanpa ragu dengan wajah rupawan yang telah
ia dapati. Karena elok yang rupawan ia berani mengajak berbicara sang putri.
“Aku sudah seperti yang kau inginkan, seperti pangeran kerajaan rupawan yang
kau inginkan saat itu. Aku kurcaci yang dulu kau hina” dengan nada sombong
kurcaci itu berkata. “Inilah diriku yang kau mau. Maka marilah kita bercinta”
Tragis
sang putri hanya berdiam diri
.
“Sekarang
kau memang rupawan, tetapi kau tetap saja kurcaci. Lagi pula pangeran yang aku
dambakan telah menemuiku pekan lalu dan dia akan menikahiku.”.
“Kau
sungguh kejam! aku bersusah payah mendapatkan rupa yang kau mau saat itu” kata
kurcaci itu dengan murka yang melanda dirinya setelah mendengar ucapan dari
sang putri.
“Apa
yang kau maksud dengan kejam?” kata sang putri. “ kuberi tahu padamu. Kurcaci
tetaplah kurcaci, dan kau itu hanya apa? Kau hanya kurcaci yang tak punya apa
apa!”. Kemudian sang putri beranjak pergi dan menghiraukannya.
“Aku
bersusah payah mendapatkan semua ini, dan dia pergi menghiraukanku begitu saja.
Sungguh bodoh cinta itu!. Cinta hanyalah khayalan semata, tidak membuktikan
apapun. Membuat makhluk apapun menjadi gila dan mempercayai hal yang tidak
nyata. Sangat tidak berguna. Lebih baik aku kembali pulang dan menitih
kehidupanku lagi”.
Kurcaci
itu kembali pulang dengan rasa kecewa yang sangat mendalam. Ia hanya
mendapatkan penyesalan dari cinta.
0 comments:
Post a Comment