Manusia tanpa disadari memiliki perilaku konsumtif yang berlebihan. Melihat E-commerce yang sudah merebak dalam ranah besar dunia maya, dapat membuat manusia mencuci mata untuk sekadar melihat-lihat tren dari gaya hidup zaman sekarang. Sifat konsumtif yang terjadi di kota-kota besar menjadi acuan untuk manusia menunjukkan jati diri mereka melalui tanda konsumerisme yang menjadi nilai lebih bagi mereka. Terutama di wilayah perkotaan, konsumerisme telah menjadi arena untuk menunjukkan eksistensi diri seseorang.
Internet yang
bukan lagi sekadar dunia maya dengan seiringnya perkembangan teknologi,
internet menjadi media untuk masyarakat dalam berinteraksi antar sesama
individu. Melalui jejaring sosial yang ada di internet menjadi dasar dan sebab
perkembangan pesatnya teknologi bagi masyarakat. Atas dasar inilah budaya pop
yang menjadi sebab akibat dalam konsumerisme masyarakat.
Teknologi yang
semakin canggih menjadi arus informasi bagi masyarakat untuk menulusuri budaya
populer yang berada di luar Indonesia. Khususnya sosial media yang menjadi
arena bagi kehidupan keseharian masyarakat. Menjadi hal yang sangat
memungkinkan teknologi menjadi desain dalam ruang konsumerisme.
Melalui
konsumerisme memasuki ranah jagat raya sosial media sebagai relaitas sosial
yang terjadi di masyarakat melalui media. Eksistensi konsumerisme tidak kalah
saing dengan adanya E-commerce atau biasa disebutkan dengan online
shop yang kian digunakan oleh generasi ke generasi. Terlebih lagi melalui perkembangan teknologi
yang berkembang pesat, masyarakat dimudahkan untuk mendapatkan sesuatu yang dia
inginkan dengan klik dan klik melalui aplikasi belanja online. E-commerce yang
dapat memudahkan masyarakat dalam memilih dan memilah barang tanpa harus datang
lansung ke kios atau toko-toko yang terdapat di pusat perbelanjaan menjadi
faktor yang menjadikan masyarakat memulai perilaku konsumtif.
Tren dan gaya
hidup menarik perhatian masyarakat untuk mengikuti dunia fashion. Teknologi
yang menjadi faktor serta sebab akibat pesatnya kemajuan penyebaran informasi
yang tidak lagi melalui surat kabar atau media massa lainnya. Melalui tren daya
gaya hidup dari budaya yang bukan berasal dari Indonesia menyebabkan berbagai
pengaruh bagi masyarakat modern. Seperti halnya budaya Korea Populer atau biasa
disebut dengan K-pop, tren musik, fashion pada zaman 1970-1980 , dan Cosplayer
Jepang dapat menjadi pengaruh bagi perilaku konsumtif masyarakat dalam dunia
fashion yang telah tesebar melalui arus informasi di internet.
Penjelasan
mengenai budaya populer yang menjadi ruang konsumsi menjadi kegiatan berbelanja
bagi masyarakat. Kegiatan berbelanja khususnya
didesain menarik dalam hari-hari besar di Indonesia. Momen-momen hari besar dilihat
oleh para kapitalis sebagai momen yang tepat untuk menjual barang dengan
keuntungan yang besar. Seperti halnya momen hari besar lebaran, natal, dan
akhir tahun yang tepat dalam menjadikan arena perdagangan komoditas. Hal ini
bukan terjadi karena adanya hari raya besar, tetapi tanpa disadari bahwa masyarakat
dimanfaatkan melalui momen hari raya tersebut. Tanpa sadar pemanfaatan momen
tersebut kapitalis menjadikan internet sebagai agen untuk meraup laba yang
menguntungkan dengab momen tersebut. Pada dasarnya terdapat penanaman norma
yang telah disisipkan dan seolah memaksa masyarakat pada setiap momen hari raya
untuk berbelanja.
Perilaku konsumtif
sendiri terjadi pada masyarakat yang merasa tidak pernah puas pada tren dan
gaya hidup mereka. Keinginan dalam membeli barang-barang yang menjadi sifat
dasar tanpa disadari manusia itu sendiri dapat menjadi perilaku konsumtif. Gambaran
perilaku konsumtif ini tanpa sadar menggambarkan bahwa konsumerisme yang
menjadi nilai tanda dan simbolik tanpa dilihat dari fungsinya, sehingga mereka
mengkonsumsi komoditi secara berlebihan untuk menunjukkan eksistensi nilai
tanda mereka.
Pada intinya,
tanpa kita sadari konsumerisme telah menjadi eksistensi dan menjadi identitas
dalam masyarakat di era modern ini. Alhasil masyarakat menjadikan simbol untuk
menjadikan eksistensi mereka melalui komoditi yang telah mereka beli dan
memberi tanda atau nilai tertentu dalam perilaku konsumerisme tersebut. Gambaran
konsumerisme sudah semakin jelas terlihat melalui budaya konsumerisme dengab
adanya nilai tanda dan simbolik komoditi masyarakat. Menelusuri pemikiran Jean
Baudrillard melalui konsumerisme dan kelas sosial menjadi tidak relevan dalam
dunia simulasi dimana citra visual dianggap lebih penting daripada kenyataan
itu sendiri. Baudrillard melihat logika nilai-tanda sebagai kemenangan besar
kapitalisme dalam upayanya untuk memaksakan tatanan budaya yang sesuai dengan
tuntutan produksi komoditas skala besar (Miles, 2006: 46).
Bahwa pada
dasarnya seperti yang telah kita lihat sendiri melalui realitas sosial bahwa
individudapat menunjukkan jati diri mereka melalui tren dan gaya hidup yang
telah mereka sisipkan nilai tanda dan simbolik yang tanpa disadari mereka
lakukan. Sehingga menimbulkan kelas diantara kelompok masyarakat melalui
komoditi. Termasuk juga bahwa seperti nilai-guna material telah dihiraukan oleh
masyarakat modern saat ini, bahwa mereka menunjukkan simbolik mereka dalam
menggambarkan jati diri mereka melalui eksistensi komoditi barang yang telah
dibeli.
0 comments:
Post a Comment