Di sebuah warung kopi ia memesan kopi hitam untuk beristirahat sejenak dari dunia. Baginya malam yang sepi adalah waktu yang pas untuk melepas lelah dari bekerja sebagai sukarelawan. Suara adukan kopi menyertai suasana di malam itu.
“Kerja dimana mas?” Ucap penjaga warunf kopi.
“Di tempat ibadah mas cuma bantu bantu aja sukarelawan.” Sambungnya.
Sambil membaca buku ia menjawab pertanyaan dari penjaga warkop. Lembar demi lembar ia lewati. Terdiam sepi menghayati tiap kata-kata yang ada pada buku itu. Kopinya telah dingin, ia tak sempat menikmati selagi hangat. Berdatangan orang-orang yang tak dikenal. Tujuannya pun sama untuk melepas lelah di malam hari. Seketika salah satu dari orang itu mengajaknya mengobrol.
“Pulang kerja mas?” Tanya orang itu
“Iya mas.” Sambungnya.
Suara televisi di sudut warkop menemani waktu mengobrolnya. Aroma kopi hitam tak terlepas dihirupnya. Lama kelamaan ia mengobrol dengan orang itu hingga lupa waktu. Terdengar di akhir obrolan ada beberapa pertanyaan.
“Mas agamamu islam kan?” tanya orang itu Ia terdiam tanpa menjawabnya dan melanjuti dengan membaca buku yang telah ia tutup. Ia mulai meletup. Dalam mulutnya bergumam beberapa kata yang terdengar tak asing.
“Ini kali tak ada yang mencari cinta.” Gumamnya mendesis
Potongan sajak chairil yang diucapkannya untuk pertanyaan orang itu. Lalu ia pergi dari warung kopi itu dengan tubuh yang gemetar melalui pintu kayu. Penjaga warung kopi kebingungan dan bertanya-tanya dalam pikirnya apa yang telah terjadi. Lalu penjaga itu bertanya pada orang yang telah mengobrol dengannya.
“Mas kamu manusia kan?” tanya penjaga itu.
0 comments:
Post a Comment