Pages

Thursday, 10 June 2021

Persaingan

Kalau soal iri hati, akupun juga bisa mempunyai itu. 

Tapi ya tapi bukan soal iri hati yang ingin ku tunjukkan kepada manusia yang ada di sekelilingku, mungkin aku akan menunjukkan apa yang telah ku pelajari dan ku pahami selama aku hidup kepada teman-temanku atau dengan kata lain aku hanya ingin belajar dengan lingkungan sosialku untuk berbagi ilmu yang kau dan aku punya. Bukan hanya membising bahwa semua manusia tidak dapat menggapai dirimu, tapi hanya saja kalau kamu melihat secara dalam yang kau lihat dengan kedua bola matamu yang masih sehat, mungkin kamu akan melihat sesungguhnya sifat manusia yang tak terpikirkan oleh dirimu. 


Mungkin ketika kau berbicara padaku serta mengucapkan apa yang kamu jengkelkan dari hatimu itu dengan segala perasaan yang kau punya itu ya kau dapat bicara seolah aku ini teman karibmu yang telah lama kau temui. Entah dari kapan menjalin tali pertemanan ataupun sejak masih orok bayi yang masih lucu dan tanpa dosa. 


Dulu sekali kau pernah berkata 

“Kalau ada apa-apa denganku ya kamu bilang aja jangan terlalu memendam rasa jengkelmu itu.” Ucapmu. 

Lalu aku menjawab pernyataanmu “Mungkin bukan sekarang aku jengkel padamu, entah nanti atau kapan. Tapi sih mungkin tidak mungkin untuk menjadi jengkel." Sehabis obrolan yang begitu serius itu kita tertawa lebar bersama di jalan raya margonda sambil menikmati kopi hitam yang sudah dingin itu. Suasana kota saat itu juga sedang hujan deras dan menurutku ya begitu cocok untuk berhenti sejenak untuk menikmati hujan yang datang membasahi kota dengan lambang buah Belimbing. 


Tapi kurasa saat ini kamu perlahan melupakan apa yang telah kamu katakan. Mungkin saja ataupun kau masih mengingatnya, tetapi kau hanya berpura-pura untuk lupa.


Ya saat ini pun kita juga sudah menjalin pertemanan yang begitu lama. Sudah bertahun-tahun lamanya sampai aku bosan melihat raut mukamu yang tidak pernah berubah sejak kecil hingga dewasa sekarang. Hanya saja kepribadianmu yang berubah. Entah kau mendapatkan ancaman yang begitu serius dari seseorang di luar sana atau juga dariku. 


Sedang berselang waktu kita saling membuat cerita kehidupan yang kita buat dengan jalan cerita kita sendiri. Tetapi dalam otakku timbul pertanyaan yang sangat mendalam yang sangat tak aku pahami. Mungkin karena kau terlalu mencari pengalaman, sehingga kau dapat menjadi seperti ini. Dan juga saat ini kau yang telah menjadi temanku menganggap aku sebagai sainganmu untuk menjadi terdepan atau mencapai prestis yang hebat di depan mata manusia sekeliling kita. 


Saat kita bertemu pun kau menunjukkan apa kemampuanmu di depanku. Jengkel rasanya aku melihatmu seperti itu. Tak selang beberapa waktu kau unjuk kehebatanmu. Sedang aku yang hanya bisa membuat apa yang aku bisa, hanya dapat diam untuk mendengarkan kehebatanmu. Seolah kau menjatuhkan harga diriku dengan kemampuanmu saat ini. Hingga teman sekelilingmu beranggapan bahwa kau lebih hebat daripada aku dan kau akan menjadi bintang yang cerah di linhgkunganmu. 

Kau sempat menyinggungku dengan ucapanmu yang kau ucapkan “ Yah aku cuma bisa inilah, daripada aku tidak bisa apa-apa seperti kambing congek.” Kau mengucapkan sembari melirik ke arahku. 


Lama-lama emosiku yang naik turun ini meledak melihat yang kau tunjukkan. Lalu tanpa pikir panjang aku melabrak dirimu dengan kata-kataku “Hei… aku jengkel melihat kau pamer kemampuanmu di depan banyak orang. Mungkin sekarang kita akan menjadi saingan untuk yang menjadi hebat dan terdepan.” Ia terdiam tanpa kata. Mungkin tak peduli apa yang aku katakan. Aku pergi menjauh dari lingkungan atau biasa yang disebut dengan tongkrongan. 


Pikiranku semerawut untuk memikirkannya. Yang ku pikirkan hanya pernyataan untuk pertemananku yang menjadi telah menjadi tempat untuk bersaing. Otakku dikerumuni kalimat “ Aku akan mencari kebebasan tanpa persaingan yang sangat aneh. Kalau soal kehebatan yang kau lakukan dan kau pamerkan itu ya boleh saja. Dan nantinya kita lihat siapa yang akan menang.”

0 comments:

Post a Comment