Pages

Friday, 5 February 2021

Anak dan Bapaknya

Sudah berapa lama aku terkurung di dalam ruangan gelap ini. Aku juga tak mengerti harus menghilangkan rasa bosan yang selama ini kupendam di dalam otakku yang ingin sekali berpetualang di dunia luar. Tapi bagaimana bisa aku melihat matahari kalau aku harus menjaga orang tua ini yang sudah tak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk berdiri pun ia tak sanggup, apalagi harus berjalan mengikuti berkeliling di taman yang indah di luar ruangan ini. Dan terkadang juga aku berkhayal bahwa dunia sebelumnya yang aku impikan itu adalah dunia yang indah di dalam pikiran imajinasiku selama ini. Tapi orang tua ini selalu saja meronta ketika aku ingin membuka pintu dan mencegahku untuk menikmati dunia luar yang aku mimpikan di setiap tidurku saat malan hari. 

Ya benar orang tua itu adalah bapakku sendiri yang sudah kurus dan tak bisa apa-apa semenjak tiga bulan yang lalu karena penyakit ganasnya yang menyerang sebagian tubuhnya. Aku sudah menjaga dirinya agar tetap terjaga untuk waktu yang lama, bahkan bagiku tak terhitung waktuku untuk menjaganya. Karena ia adalah bapakku, maka aku harus menemani di masa-masa akhir ia menikmati dunia ini. Tapi aku juga ingin menikmati dunia yang telah ia rasakan selama masa hidupnya itu. Aku ingin sekali melihat dunia luar untuk beberapa kali. Di ruangan ini juga hanya ada aku, bapakku, dan beberapa kucing yang ia pelihara sejak ia masih sehat. Kucing itu yang terkadang memberitahu diriku bahwa untuk selalu berada di sampingnya, ia seolah tahu umurnya tidak terlalu panjang. Bahkan hanya hitungan hari ataupun detik, menit, dan jam. 

Seseorang tua ini selalu memintaku untuk mengambilkan buku, karena di waktunya saat ini ia hanya dapat menulis dari imajinasi yang ia dapati dari penyakitnya itu. Ketika aku berjalan keluar ruangan ini menuju ke ruangan lainnya, mataku tertuju ke cahaya yang masuk melalui jendela. Di sanalah aku selalu melihat dunia luar yang aku mimpikan. Aku berpikir untuk keluar sebentar, karena rasa penasaranku aku mencoba membuka pintu ruangan yang aku jejaki saat ini.

suara pintu berderit dengan pelan mulai terbuka, cahaya matahari mulai memasuki ruamgan yang gelap ini. Kucing itu melihatku dan lansung segera menghadangku untuk tidak keluar.

"Kamu mau kemana?." Ucap kucing itu bertanya ingin tahu

"Aku hanya ingin keluar sebentar saja untuk membunuh rasa bosanku ini selama aku menjaga orang tua itu, sungguh membosankan selama beberapa pekan aku hanya diam di ruangan itu." Ucapku membalas pertanyaannya

"Hei apakah kau tau bahwa bapakmu itu sedang sakit? Bahkan kau tak tahu dunia luar itu seperti apa, kamu juga selama ini kan hanya berdiam diri di ruangan ini." Ucap kucing itu

"Sebentar saja aku ingin keluar menikmati dunia ini." Ucapku penasaran.

"Tapi bapakmu itu sedang sakit dan kamu tidak tahu kejamnya orang-orang serakah di luar sana, kembalilah cepat jagalah bapakmu itu."

Aku tak menghiraukan omongan itu, lekas aku berlari ketika pintu sudah mulai terbuka lebar. Akhirnya aku juga melihat dunia yang aku impikan selama ini. Aku berjalan di tengah sabana luas yang indah dikerumuni rumput yang tertiup angin. Tapi aku sesekali melihat rumput yang seharusnya berwarna hijau indah tapi ada beberapa yang berwarna bercak merah. Aku menghampiri rumput itu yang berada di samping bebetauan besar. Ketika aku mulai mendekati rerumputan itu, terdengar suara bising yang menjerit permohonan. Rasa ingin tahuku semakin besar ketika mendengar jeritan itu, kurasa itu manusia sama sepertiku. 

Mataku tak bisa berkedip ketika melihat kejadian yang saat ini kulihat. Di sana banyak kucuran darah bekas penindasan antara manusia. Peperangan terjadi karena keserakahan manusia. Aku tak tahan melihat ini. Tiba-tiba aku menginjak sesuatu yang keras, aku kira itu batu atau semacam kayu, aku melihat kebawah dan yang kulihat hanyalah mayat yang tak bernyawa. Lariku terbirit-birit karena tak tahan melihat kekejaman itu. Tak jauh dari tempat itu aku masih menemui manusia yang dijadikan budak oleh manusia yang mempunyai pakaian lebih bagus dari budak itu. Aku semakin tak kuat melihat dunia yang selama ini aku impikan ternyata di balik keindahan dunia itu banyak sekali hal yang tak aku ketahui. Segera aku pulang dengan nafas yang tergesa-gesa. 

Bapakku yang terbangun karena derit pintu yang keras, raut mukanya heran.

"Kamu dari mana nak?" Tanya bapakku

"Aku dari luar, aku tak menyangka bahwa aku telah memimpikan keindahan dunia yang salah." Ucapku

"Yah akhirnya kau telah mengetahui itu, aku sengaja untuk menyuruhmu menjagaku selama ini karena aku tak ingin kau melihat kekejaman yang terjadi saat ini. Karena waktu hidupku tak lama lagi, mungki nanti kau akan tahu betapa kejamnya yang kau lihat sehingga kau tak mengerti apa itu manusia dengan keserahakahan yang ia miliki." Ucap bapakku terbata-bata "kau tahu? Bahwa tuhan sudah memberi segalanya, tetapi apa yang terjadi? Mereka menginginkan lebih, untuk menikmati harta duniawi yang hanya sebentar dinikmati oleh mereka." Ucap bapakku melanjutkannya

0 comments:

Post a Comment