Pages

Saturday, 5 October 2019

Panggilan kucing di antara kaum intelektual

Saat itu sedang riuhnya suasana ditengah jalan tol gatot subroto dekat dengan pintu keluar jalan tol senayan yang sedang dikerumuni manusia. Beberapa orang sedang mengobrol, namun beberapa ada yang jail bersiul-siul yang ditujukan siulnya ke mahkluk tuhan yang paling seksi seperti lagu mulan jamilah yang sedang trending pada waktunya dulu. Saat siulnya sudah tertuju akupun mengajak bicara orang itu anggap saja namanya jarwo " ngapain elu sial siul begitu?" "Itu mas ada perempuan cantik disana", sejenak aku berpikir dalam ramainya suasana yang sedang mencekam itu kala demonstrasi berlansung "loh iki kan lagi demo kok sempet sempetnya ya itu orang godain perempuan".

Waktu demi waktu masih berputar sampai menjelang petang, masih berdiri tegak di tengah demonstrasi ini, makin ramai yang datang, makin banyak makhluk tuhan yang paling seksi berdatangan, makin banyak juga yang suat suit sial siul di dalam demonstrasi tersebut.

Waduh padahal ini kan demonstrasi mahasiswa yang terkenal kaum intelektual lohh, tapi kok masih saja ada yang seperti itu di kalangan mahasiswa.

Namun perempuan juga tak begitu sadar kalau mereka sedang diganggu oleh laki-laki yang matanya seperti keranjang atau bisa disebut mata keranjang. Mata keranjang yang suka mengganggu dengan siulan itu yang biasa disebut cat-calling juga tak sadar bahwa mereka kaum intelektual yang disebut sebagai maha dari para siswa atau siswa yang menjadi mahasiswa. Mereka yang melakukan cat-calling hanya beranggapan itu sebagai keisengan semata, namun bagaimana bila itu berbalik berlawanan menjadi perempuan yang menggoda para laki-laki dan apakah laki-laki itu akan merasa resah atau tidak?.

Bahkan dalam mahasiswa yang berpendidikan tinggi pun masih saja ada cat-calling yang beranggapan hanya keisengan didalam sebuah kumpulan maupun tongkrongan dari kaum laki-laki tersebut.

Kembali lagi menuju jarwo yang sudah melakukan cat-calling tersebut, jarwo merasa senang ketika ia telah melakukan cat-calling itu. Namun ketika si jarwo dijungkir balikan saat dia jalan sendiri dan digoda-goda dengan perempuan manapun ia juga merasa risih ataupun gelisah saat kedapatan cat-calling.

Namun dikalangan jarwo yang sebagai mahasiswa itu masih juga banyak yang tidak sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan fatal pada kaum perempuan. Bahwa masih banyak juga kaum intelektual kampus yang masih melakukan cat-calling, yang lebih memalukan jika ada mahasiswa jurusan ilmu sosial yang melakukan cat-calling, sudah jelas mahasiswa jurusan sosial yang belajar tentang Gender tetapi masih saja mereka tetap tak mengerti tentang materi tersebut, sungguh pilu dosen yang mengajarinya kalau mengetahui mahasiswanya ndablek seperti itu. Sebagaimana mungkin kalau siulan cat-calling tersebut diganti saja dengan nama yang lebih nyeleneh seperti penggoda, hidung belang.

0 comments:

Post a Comment